13/05/12

"Daya Tahan Cinta Hanya Empat Tahun Saja "


CINTA itu tidak abadi. Nah, itulah kabar mutakhir tentang cinta. Kesimpulan yang amat sangat “berarti” itu berhasil ditemukan oleh seorang antropolog asal AS, Helen Fischer.

Teori cinta pernah popular sekitar 5 hingga 6 tahun yang lalu. Tepatnya ketika pendekatan ilmu faal yang membedah tubuh manusia menjadi popular. Selanjunya teori ini dikembangkan. Belakangan, ada juga teori cinta dengan pendekatan bioneurologi yang melihat, membandingkan, dan mengamati struktur otak orang gila misalnya, atau psikofisiologi yang mempelajari kaitan antara perilaku manusia dan pengaruh hormone pada tubuhnya.

Diane Lie-seorang psikolog sekaligus peneliti ulet pada sebuah Universitas di Beijing membeberkan, meskipun urusan cinta bisa dijelaskan secara kimiawi , namun kecamuk cinta tidak semata-mata hanya ditenukan oleh aktivitas hormone, dan manusia tidak berdaya mengatasinya. Juga tidak selalu berarti bila kadar hormone berkurang, berarti getarannya pun berkurang.

-Diane Lee-

Memang, pemacu cinta memiliki pengaruh kerja yang tidak tahan lama. Hormon yang secara ilmiah memiliki kesamaan dengan amfetamin ini, hanya efektif bekerja selama 2-3 tahun saja. Lama kelamaan, tubuh pun bagaikan imun, “kebal” terhadap si pemicu gelora.

Akan tetapi, sekali lagi masih menuru Diane, proses jatuh cinta tidak semata-mata hanya dipengaruhi hormone dengan reaksi kimiawinya.

Nah, kalau main hitung-hitungan, rasanya seru juga. Misalnya, masa pacaran telah dilalui tiga tahun, berarti kesempatan unuk bisa mempertahankan gelora cinta hanya ada di tahun pertama perkawinan. Lalu apa yang terjadi ketika masa perkawinan menginjak tahun kedua, ketiga, seterusnya? Cuma ada sisa-sisa atau bahkan punah sama sekali. Lalu bagaimana dengan mereka yang mengalami masa pacaran lebih dari enam tahun atau lebih?

Menurut pandangan Diane, dalam hubungan seperti itu, selain cinta ada hubungan lain yang sifatnya friendship, pertemanan. Kalau setelah beberapa waku cinta itu menipis-mungkin karena tersisihkan hal-hal lain, misalnya karena rutinias yang itu-itu juga , lalu segalanya jadi terasa membosankan.

Kakek-nenek dapat hidup rukun sampai mereka berusia lanju juga karena senyawa kimia. Namanya oksitosin. Menurut penelitian, kesetiaan pada pada pasangan berhubungan dengan kadar oksitosin yang tinggi. Kadar okitosin ini dapat ditingkatkan dengan cara masing-masing dari pasangan yang berusaha saling menyayangi walau kadang pasangannya menjengkelkan. Itu 
barangkali inti nasihat orang tua, “cinta tumbuh karena biasa”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar