Harta kekayaan
merupakan nikmat Allah SWT yang harus disyukuri. Dengan kekayaan tersebut,
diharapkan bisa menjadi sarana untuk mendapatkan ridho Allah SWT. Yakni
digunakan untuk beramal, seperti berqurban, haji, zakat, infak, shodaqoh,
menyantuni fakir miskin, dan terutama menyantuni anak yatim. Itulah jalan yang
diperintahkan Allah SWT. Dari amal ibadah itu pula yang akan menyelamatkan kita
dari siksaan api neraka.
Pada dasarnya harta
bisa menjadi berkah ataupun azab, tergantung pada cara bagaimana ia mendapatkan
dan memanfaatkannya. Bagi manusia yang bertaqwa, pasti akan menyadari bahwa
sesungguhnya kehidupan di dunia tidaklah kekal. Sehingga ia akan membelanjakan
harta kekayaannya untuk beribadah.
Dalam hadist yang diriwayatkan
Ibnu Majjah dan dinilai Shahih oleh Al-Busyairi dan Al-Albany, Rasulullah SAW
bersabda, “Tidak ada madarat (kerusakan, bahaya) dalam harta bagi mereka yang
bertaqwa, tetapi kesehatan itu lebih baik daripada menjadi kaya bagi mereka
yang bertaqwa.”
Hal ini menunjukkan
bahwa, ketika orang bertaqwa memiliki harta, maka tidak ada hal yang
membahayakan bagi dirinya maupun orang lain. Karena itulah, tak ada dosa bagi
seseorang untuk mengharapkan banyak uang, selama niatnya baik.
Namun, bila melihat realitas
social saat ini, alangkah malunya ketika melihat saudara seiman mengemis di
terminal, bus, kereta, dan tempat umum lainnya. Padahal Rasulullah SAW tidak
mengajarkan demikian. Sebagaimana sabda Beliau, “Demi jiwaku yang berada
ditangan-Nya, sungguh seseorang yang mengambil tali di antara kalian. Kemudian
dia gunakan untuk mengangkat kayu diatas punggungnya, lebih baik baginya
daripada ia mendatangi orang, kemudian ia meminta-minta kepadanya yang
terkadang tidak diberi olehnya.” (HR. Al-Bukhori)
Bagi orang miskin
peluang kecil untuk melaksanakan itu , karena jangankan untuk bersedekah,
berinfak, menyantuni anak yatim, untuk memenuhi kehidupan sendiri saja sulit.
Selain itu, kemiskinan dapat memicu untuk berbuat kejahatan. Seperti sabda
Rasulullah SAW, “Kemiskinan itu dekat dengan kekufuran, dan kedengkian itu
dekat dengan mendahului qodar.” (Faydhul Qodiiir, juz 4, hlm. 708)
Hal ini menunjukkan
bahwa, adakalanya miskin itu membahayakan. Dari busung lapar, anak tak dapat
sekolah, dekadensi moral, hingga memicu kriminalitas dan kejahatan. Itulah
salah satu akibat dari kemiskinan. Berdasarkan hadist yang diriwayatkan oleh
Abu Dawud dan Imam Ahmad, disebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu berdoa memohon
perlindungan dari kemiskinan dan kekhufuran sebanyak tiga kali setiap matahari
terbit dan terbenam. Doa Rasulullah SAW: “Duhai Allah, Aku memohon
perlindungan-Mu dari kemiskinan dan kekhufuran. Aku juga memohon
perlindungan-Mu dari siksa kubur. Tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan
Engkau, Yaa Allah.”
Bukan hanya itu doa
Rasulullah SAW, menurut riwayat Imam Muslim , sebelum tidur Rasulullah SAW
selalu menutup hari dengan membaca doa, “Yaa Allah, Lunasilah hutang-hutangku
dan jauhkanlah aku dari kemiskinan.”
Berdasarkan riwayat
tersebut, bahwa Rasulullah SAW mengajari kita agar memohon perlindungan dari
kemiskinan dan kekufuran. Bahkan untuk soal kemiskinan dan kekufuran ini,
Rasulullah SAW selalu berdoa sebanyak tiga kali. Ini menandakan betapa
sungguh-sungguhnya Beliau memohon. Setiap usai Sholat dan menjelang tidur,
Rasulullah SAW juga berdoa dengan permohonan yang serupa. Oleh karena itu,
alangkah baiknya jika Umat Muslim kaya, sehingga dengan kekayaan yang diberikan
oleh Allah SWT , dapat beramal lebih banyak lagi.
Wallahua’lam
bisshowab. (npd)
Sumber: Majalah Donatur Yatim Mandiri.
syukron sangt bermamfaat, klu boleh usul... haditsnhya ditulis juga sama artinya...
BalasHapus